JUDUL BUKU PRODUKSI RUANG DAS HULU: Dialektika Antara Ekonomi, Kebencanaan, dan Kelompok Kepentingan

Di era masyarakat industri 4.0, kegiatan pariwisata merupakan sebuah perilaku yang menjadi kewajiban untuk dilaksanakan. Bagi sebagian besar orang, aktivitas tersebut telah menjadi bagian gaya hidup yang dijalaninya dalam aktivitas keseharian. Jika di masa sebelumnya pariwisata hanya dianggap sebagai kebutuhan tersier yang tidak harus dipenuhi telah mengalami transformasi yang dialektis hingga menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi.

Dalam kehidupan sosial manusia tidak terlepas dari adanya ruang. Relasi antara ruang fisik dengan kehidupan sosial selalu menghasilkan produksi ruang. Ruang selalu terkait dengan realitas sosial masyarakat. Untuk memahami sebuah ruang harus juga memahami masyarakat yang ada di dalamnya. Ketika mengkaji sebuah ruang, kita harus melihat dari sisi lain. Artinya ruang tidak dipahami sebagai sesuatu yang esa. Namun, ruang dipahami sebagai sesuatu yang dikotomis dan dialektis. Terbentuknya sebuah ruang hanya terjadi karena di produksi dan di reproduksi oleh keadaaan sosial disekitarnya. Selama disuatu tempat ada masyarakat pasti ada sebuah produksi ruang yang dilakukan. Tak terkecuali hulu sungai di lereng gunung Anjasmoro Jombang.

Hulu sungai yang mengalami transformasi dari daerah tangkapan air menjadi sebuah tempat wisata tidak terlepas dari produksi ruang oleh masyarakatnya. Produksi ruang sendiri memiliki tiga tahapan yaitu praktik spasial, representasi ruang, dan ruang representasi.   Dalam proses produksi ruang akan selalu meninggalkan sebuah residu. Residu tersebut adalah dengan munculnya produksi ruang yang lain. dalam konteks ini produksi ruang hulu sungai memiliki beberapa residu yakni sebuah harapan baru dalam ekonomi, ancaman bahaya kawasan, dan ekslusifitas kelompok dalam kapitalisme lanjut.